Beranda | Artikel
Menyikapi Orang yang Baru Masuk Islam, Namun Masih Memiliki Sebagian Sifat Jahiliah
Sabtu, 20 Juli 2024

Fatwa Syekh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah

Pertanyaan:

Bagaimana kita memperlakukan seseorang yang baru masuk Islam sementara dia masih memiliki sifat jahiliah, dan bagaimana seharusnya akhlak seorang muslim?

Jawaban:

Perlakukanlah orang yang baru masuk Islam seperti yang dilakukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap Tsamamah bin Atsal. Ia adalah tawanan yang sering ditanya oleh Nabi, “Apa yang kamu pikirkan, Tsamamah?” Tsamamah menjawab, “Jika kamu membunuh, kamu membunuh seseorang yang memiliki darah. Jika kamu memberi, kamu memberi kepada seseorang yang tahu berterima kasih.” Setelah tiga hari Nabi mengulang pertanyaan itu dan jawaban yang sama dari Tsamamah, Nabi pun membebaskannya. Tsamamah kemudian mandi, lalu mengucapkan syahadat, dan mengatakan bahwa Nabi yang sebelumnya paling dibencinya kini menjadi yang paling dicintainya.

Seorang Arab badui datang kepada Nabi dan menarik jubahnya dengan kasar, lalu berkata, “Ya Muhammad, berilah aku sesuatu, karena engkau tidak memberi dari hartamu sendiri atau dari harta ayahmu.” Nabi tersenyum dan memberinya apa yang diminta.

Allah Yang Mahaagung berfirman dalam kitab-Nya yang mulia,

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS.Al-Qalam: 4)

Allah Ta’ala berfirman,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS. Ali ‘Imran: 159)

Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hal terberat yang diletakkan di timbangan (pada hari kiamat) adalah akhlak yang baik.

Beliau juga bersabda, “Orang yang paling dekat dengan aku di majelis adalah yang terbaik akhlaknya.” atau dalam makna yang serupa.

Maka, yang perlu menjadi perhatian adalah akhlak yang baik dan perlakuan yang baik. Karena hal tersebut akan lebih efektif dari pada seribu nasihat. Banyak orang Hadhrami yang datang ke Indonesia sebagai pedagang, dan orang Indonesia terkesan dengan akhlak baik mereka. Setelah itu, banyak orang Indonesia masuk Islam karena melihat akhlak baik tersebut. Tidak ada kebohongan, tidak ada ingkar janji.

Sebagaimana juga akhlak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, “Seorang mukmin tidak suka mencela, tidak suka melaknat, tidak suka berkata keji, dan tidak suka berbicara kasar.”

Satu hal lagi, menghilangkan sifat-sifat jahiliah sangatlah sulit dan hanya orang yang diberi taufik oleh Allah Ta’ala yang mampu melakukannya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Dzar, “Engkau adalah orang yang masih memiliki sifat jahiliah.” Beliau juga bersabda, “Ada empat perkara dalam umatku yang tidak akan ditinggalkan: kebanggaan terhadap keturunan, mencela garis keturunan orang lain, meminta hujan dengan perantaraan bintang, dan meratapi mayat.

Kemudian juga harus semangat mengajarkan mereka Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nasihati mereka agar melihat Islam melalui ajarannya, bukan dari kondisi umat muslim saat ini. Islam ada dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kondisi umat muslim saat ini mungkin buruk, penuh dengan kebohongan, pengkhianatan, dan Islam tidak terkait dengan hal itu.

Allah Ta’ala berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.” (QS. An-Nahl: 90)

Allah Ta’ala berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’: 58)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tanda orang munafik ada tiga: 1) Jika berbicara, ia berdusta; 2) Jika berjanji, ia mengingkari; dan 3) Jika dipercaya, ia berkhianat.

Kemudian, pastikan mereka bergaul dengan orang-orang saleh. Beberapa orang masih memiliki sifat jahiliah. Ada seorang guru di Universitas Islam yang berbicara tentang Amerika dan penipuannya, seorang siswa Amerika membela negaranya. Sang guru berkata, “Wahai anakku, sekarang kamu adalah seorang muslim, kami tidak bermaksud menyinggungmu.” Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِيْنَ يَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا اَثِيْمًاۙ

Janganlah engkau (Nabi Muhammad) berdebat untuk (membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa.” (QS. An-Nisa: 107)

Jika memungkinkan, ajak mereka ke lingkungan yang lebih baik dari lingkungan mereka sebelumnya, bahkan lebih baik dari lingkungan Anda. Agar mereka terpengaruh oleh lingkungan yang saleh tersebut. Nasihati mereka agar tidak melihat kondisi umat Islam saat ini, tetapi lihatlah Islam itu sendiri dan pelajarilah Islam. Semoga Allah Ta’ala memberi pertolongan.

Saya (Syekh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah) terkesan dengan kisah seseorang yang masuk Islam. Dia melihat kondisi umat Islam yang buruk, penuh kebohongan, pencurian, pengkhianatan, dan pelanggaran lainnya. Namun, dia berkata, “Saya yakin Islam itu benar, dan meskipun semua orang meninggalkan Islam, saya tidak akan meninggalkan agama saya.” Keyakinan harus didasarkan pada Kitab dan sunnah. Semoga Allah Ta’ala memberi pertolongan.

***

Penerjemah: Muhammad Bimo Prasetyo


Artikel asli: https://muslim.or.id/96271-menyikapi-orang-yang-baru-masuk-islam-namun-masih-memiliki-sebagian-sifat-jahiliah.html